Setia Dalam Perkara Kecil

Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar

2012/07/06

Barefoot College

Dokter gigi dan dokter2 lain menempuh pendidikan bertahun-tahun dengan biaya yang mahal, shg "motivasi pelayanan" sdh menjadi profesi yg menghasilkan uang. Secara, utk melayani sampai ke pedalaman, tidak bisa hny krn latar belakang keahlian tapi yang menggerakkan adalah hati dan komitmen pribadi. sama seperti Pendeta yg shrs nya profesinya itu siap melayani sampai ke tempat yg terpencil, tappitidak semua nya memiliki hati yg siap ditempatkan di sana.

Barefoot College Dentist Project
catatan dari Agent SDB - Fictor Ferdinand
Affirmative action untuk membangun kemandirian Papua dengan membangun sistem kesehatan sendiri.

Bagaimana jika kita tinggal di desa yang sulit dijangkau, dan tidak ada dokter disana? 

Di desa yang sulit dijangkau di Rajahstan, dua orang nenek ini dilatih menjadi dokter gigi. Mereka lahir dan besar di desa tersebut. Mereka tidak bisa membaca dan menulis, tapi mereka menjadi perawat gigi masyarakat desa. Mulai dari belajar membersihkan plak, menambal gigi, menyuntik anestesi dan mencabut gigi. Setelah mendapat pelatihan selama 6 bulan di barefoot college, dua orang nenek ini kembali ke desanya untuk merawat gigi masyarakat desanya. 

Dengan penuh kasih sayang mereka merawat gigi anak-anak di desa. Bayangkan bila dokter yang merawat kita, memperlakukan kita seperti anak atau cucunya sendiri!
Pelayanan kesehatan, akhirnya juga menjadi sarana memperkuat ikatan diantara masyarakat desa. Betapa indahnya :)

dokter-dokter gigi di Rajahstan ini lah yang kurang lebih menggambarkan bagaimana para kader kesehatan di Papua akan bekerja nantinya

Kunci membangun kemandirian Papua adalah dengan meningkatkan kapasitas masyarakat desa, untuk secara mandiri mencapai kualitas hidup yang lebih baik. 


--------
Teknisi. Penghargaan profesi sudah menjadi keharusan di jaman ini. Pendidikan tinggi dikejar untuk mendapatkan pengakuan keahlian demi profesionalisme.
Dampak dari profesionalisme ini antara lain kurang minatnya kita untuk mengerjakan hal-hal sederhana dan membantu orang lain untuk menjadi mandiri sehingga mereka tidak bergantung lagi pada kita.
Hal lain, dengan bertambahnya nilai profesionalisme kita, kita menjadi suka memilih-milih tempat di mana kita mau bekerja. Jika demikian, bagaimana dengan masyarakat di kampung2 yang jauh dari perkotaan...yang kita sendiri tau bagaimana kondisi di sana yang kurang tenaga-tenaga profesionalisme (bahkan tidak ada selain mereka2 yang punya hati dan pilihan untuk melayani di sana seperti Pendeta/Pastor, suster2 dan dokter2).
singkat cerita.... apakah tidak mungkin para ahli muncul dari kampung-kampung itu sendiri? apakah tidak mungkin orang-orang di kampung yang tidak menempuh pendidikan tinggi bertahun-tahun untuk mendapatkan keahlian di berbagai bidang utk membangun kampungnya dan menjadi mandiri?
Ternyata mungkin. Berikut video yang bisa menjadi contoh untuk kita terapkan di Daerah kita.

Barefoot College - Solar Technology
catatan dari Agent SDB - Fictor Ferdinand
Affirmative action untuk membangun kemandirian Papua dengan sistem pendidikan sendiri.

Apakah untuk menjadi seorang teknisi panel surya seseorang mesti minimal menempuh 12 tahun pendidikan? Apakah mereka harus lulusan elektro atau minimal STM? bagaimana dengan mama-mama di kampung, bisakah mereka menjadi teknisi panel surya yang handal?

Di Barefoot College, para nenek ini diajari bagaimana merakit panel surya. Mereka berasal dari kampung kampung yang sulit dijangkau, diantara mereka bahkan ada yang tidak bisa membaca dan menulis. Para pelatihnya berasal dari daerah lain, sehingga komunikasi dilakukan dengan bahasa isyarat! Untuk membantu mengingat, para perempuan ini membuat manualnya perakitan tenaga surya-nya sendiri dengan gambar. Ketika mereka kembali ke desanya, mereka membangun panel surya. Desa yang semula gelap gulita, diterangi oleh listrik, dari keuletan dan ketekunan para perempuan ini. Dengan listrik, anak-anak dapat belajar di malam hari.

Hal ini bisa menjadi contoh program affirmative action bagaimana secepat mungkin meningkatkan kualitas hidup masyarakat kampung, dan di saat yang sama membangun kemandirian masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup mereka sendiri. Di desa-desa di Papua, bisa dibuat berbagai teknologi pembangkit listrik yang sesuai dengan kondisi alamnya masing-masing.

Papua bisa membangun kemandirian di kampung-kampung. mulai dari sistem pendidikan berbasis budaya lokal dan potensi alamnya sendiri.





Saya cuplik karena saya anggap dapat bermanfaat bagi pembangunan daerah dan dapat mengubah paradigma kita tentang PENDIDIKAN dan KEAHLIAN.


Tuhan Berkati Pekerjaan dan Pelayanan kita. Dan tetap minta hikmat dari-Nya.